Setelah Bupati Djojodiningrat mundur, bupati berikutnya adalah tenaga yang dipilih pemerintah. Sejak itu berlaku pemerintahan langsung.

Di tahun 1871 Bupati Ambal R.M.A.A. Poerbonegoro wafat dan jenazah dimakamkan di Ambal, tidak jauh dari kediaman bupati. Tahun berikutnya, 1872, Kabupaten Ambal disowak (afgeschaft, dihapus) dan pendopo kabupaten dengan tiang terbuat dari kayu jati mutu-tinggi dipindahkan ke Karangnyar. Itu yang membuat Ayah pernah berkata, rumah Bupati Karamgnayar adalah santiran bendawi nama Purbo-Hadiwidjoyo, karena pendopo dari Ambil, dan bagian 'dalem' asli dari Bupati Djojodiningrat. Itulah 'otak-atik' yang biasa dilakukan orang Jawa.

Daerah Kedu Selatan tidak sempat tersentuh kehadiran Daendels maupun Raffles. Maka Belandalah yang kemudian menanganinya lewat berbagai pembenahan. Daerah ini juga berbeda dengan daerah yang dengan cepat dijadikan lahan usaha, seperti Priangan dan Yogya-Solo-Magelang-Wonosobo. Meskipun di sini tak ada gunungapi yang mendatangkan kesuburan, ini tidak berarti, tanah dan penduduknya tidak dapat dimanfaatkan. Apalagi sekitar tahun 1880 jalur keretapi yang melewati daerah selatan sudah jadi, sehingga hubungan makin lancar. Berkat adanya penopang yang disebut penelitian, Pulau Jawa muncul sebagai penghasil gula terbesar kedua sedunia, sehingga pada kurun waktu itu Kedu Selatan berdiri dua pabrik gula, di Prembun dan Jenar,

Pada awal abad ke-20, di Karanganyar terjadi berbagai perkembangan. Rupanya, ini tidak dapat dipisahkan dengan perubahan zaman pada umumnya. Selain gelanggang pacuan kuda di tenggara kota, juga dibangun societeit (kamar bola) yang diberi nama Bellevue, kata Perancis (pemandangan indah), yang pada zaman itu rupanya digemari banyak orang di mana-mana. Kamar bola berdiri di seberang sudut baratdaya alun-alun. Lapang tenis ganda menyusul kemudian dan ditempatkan di baratdaya alun-alun, di seberang rumah bola.

Rupanya, Kakek termasuk penggemar pacuan kuda. Ini saya simpulkan dari adanya sejumlah batu sendi tempat istal itu berdiri. Di dekatnya berdiri bangunan untuk kandang (garasi) mobil, selain juga untuk kereta. Mobil yang awal ada di Karanganyar, selain dimiliki nDoro Kanjeng (bupati), juga oleh Kakek. Pada waktu saya kecil, semua kemegahan itu jadi kisah masa lampau. Ketika di Yogya di awal pendudukan Jepang saya masih sempat bertemu dengan Pak Boestam, mantan sopir Kakek, berkat kakak Slamet yang mengenalnya pada waktu kecil di Karanganyar. Pak Boestam berdiam di sekitar Tugu Kulon.

Daerah Kedu Selatan dengan pohon nyiurnya di mana-mana mendorong berdirinya pabrik minyak kelapa. Ini terjadi pada awal abad ke-20. Maka di Karanganyar berdiri pabrik minyak kelapa N.V. Oliefabriieken Van Dongen, atau disingkat Olvado, dan di Kebumen pabrik minyak Mexolie.