Secara ringkas, Parwa Dua membahas perkembangan yang kita bersama alami dalam membentuk diri sebagai negara-bangsa, seperti yang dicita-citakan para pejuang. Dari segi bendawi, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah wilayah yang sebelumnya dikenal dengan nama Nederlands Oost Indie, tidak lebih. Upaya menambah atau menguranginya terjadi tiada henti-hentinya, bahkan sampai saat ini.

Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia, yang juga jadi bahasa persatuan, karena itu merupakan sarana yang membuat kita bersatu. Bahasa Indonesia memiliki sifat untuk bisa digunakan selain sebagai sarana komunikasi, temasuk wahana ilmiah. Hingga kini kita tidak (atau belum) berhasil melakukannya, karena kita tidak merasa perlu landasan sistem,yang menopang upaya kita bersama. Pembentukan Bangsa baru menyentuh bagian luar, lagipula belum mendasar.

Orang umumnya tidak sadar bahwa dunia ada 'banyak', Dari dua yang nyata, yang satu tampak dan satu lagi tidak tampak, ttu secara mudah. Yang disebut sejarah bahkan banyak, tidak hanya terbatas pada yang tampak dan yang tidak tampak. Setelah kita sampai di akhir tulisan ini, yang hendak saya katakan hanyalah betapa kemampuan saya ini sangat terbatas. Saya hanya hendak menambahkan temtang Sejarah Pembentukan Bangsa Indonesia yang tampak; yang selebihnya hanya saya sentuh di sana-sini. Akan halnya 'nasionaisme baru', hemat saya, itu tak lain adalah Ikut Memiliki, tetapi mungkin saja akan dapat lebih merasuk jika dinyatakan sbb.: Melu Handarbeni.